Senin, 27 Mei 2019

Dongeng Santet Bugis Makassar

Dahulu kala ketika jaman kesultanan, rakyat bugis makassar hidup berdampingan dengan damai. tapi kemudian berubah menjadi sebuah perseteruan karena paham kedaerahan yang saling menjunjung adat istiadat. pada suatu daerah, khususnya didaerah makassar. hiduplah  seorang ibu yang baik dan bijaksana, namanya adalah saripah. beliau adalah sangat menjunjung nilai2 adat bugis makassar. suatu hari, saripah diberi hidayah dengan kehamilannya sebagai wanita sempurna. saking anehnya, saripah mengandung 7 anak. kemudian melahirkannya sekaligus dengan sempurna. sampai sekarang, saya sebagai penulis belum tau pasti namanya satu persatu  ke-7 anak tersebut. yang jelasnya saripah melahirkan 4 putri dan 3 putra. ke-7nya bergelar karaeng pitu'e. anak-anak tersebut semuanya sangat kompak dan saling menyayangi satu sama lain. ke-7 anak tersebut

Sabtu, 18 Mei 2013

Pendekatan ilmu harmoni



Pendekatan Ilmu Harmoni
Menganalisis musik ilustrasi sebuah film dengan pendekatan ilmu harmoni oleh Karl Edmund Prier, ternyata musik ilustrasi juga memiliki unsur harmoni, harmoni dari musik ilustrasi tentu akan menghasilkan akord, sebagaimana musik harmoni oleh Karl Edmund Prier dalam Pabadungan (1991:4) berarti keselarasan antara suara-suara dalam hubungan horisontal sehingga menimbulkan kesan yang indah. Keselaran beberapa suara yang bersamaan dalam hubungan horisontal  adalah akord. (Karl Edmund Prier dalam Pabadungan, 1991:5).






Karl Edmund Prier dalam Pabadungan (1991: 19) membagi 4 jenis akord menurut besar kecilnya terst dan  kwint antara lain adalah :
 
 
 Analisis musik ilustrasi dari Pendekatan harmoni oleh Karl Edmund Prier, sudut pandangnya dapat dilihat dari Akord pokok tangga nada Mayor dan Minor, Pembalikan Akord, Kadens dan hubungan akord mayor dan minor.
1.1  . Akord pokok Tangga Nada Mayor (1, 1, ½, 1, 1, 1, ½ )
Karl Edmund Prier dalam Pabadungan (1991: 5-7) menerangkan bahwa akord terbentuk dari nada dasar disusun atas jarak ters dan kwint atau triad misalnya dalam tangga nada C mayor : c-d-e-f-g-a-b-ci . atau 1-2-3-4-5-6-7-1i Maka nama dan susunan adalah :
a)      Akord c-e-g, adalah akord C mayor tingkat I atau akord Tonika.
b)      Akord d-f-a, adalah akord D minor tingkat IIm atau akord supertonika minor
c)      Akord e-g-b, adalah akord E minor tingkat IIIm atau akord median minor.
d)     Akord f-a-c, adalah akord F mayor tingkat IV atau akord sub dominan.
e)      Akord g-b-d adalah akord G mayor tingkat V atau akord dominan.
f)       Akord a-c-e adalah akord A minor tingkat VIm atau akord sub median minor.
g)  Akord b-d-f adalah akord B diminished tingkat  VII dim atau akord leadingnot diminished.

1.2. Akord pokok tangga nada minor
Sebagaimana diketahui bahwa tangga nada minor ada  tiga macam yaitu : a) tangga nada minor asli, b) tangga nada minor harmonis dan c) tangga nada minor melodis.
a)      Tangga nada minor asli (1, ½, 1, 1, ½, 1, 1)
Misalnya tangga nada A minor : ai-bi-c-d-e-f-g-a atau 6i 7i 1 2 3 4 5 6. Sama seperti  pada tangga nada mayor, maka akord minor dimulai dari nada pertama, ketiga dan kelima menjadi tonika minor akor tingkat begitupun selanjutnya, contoh:
1)    Akord  a-c-e atau la, do, mi disebut sebagai akord A minor tingkat i m, atau akor tonika minor, Apabila menulis kode tingkatan akord minor maka hendaknya ditulis dengan angka romawi kecil : i, ii, iii, iv, v, vi, vii, viii
2)   Akord b-d-f adalah akord B dim tingkat ii dim atau akord supertonika diminished
3)      Akord c-e-g adalah akor C mayor tingkat iii atau akord median
4)      Akord d-f-a adalah akord D minor tingkat iv m atau akord sub dominan minor
5)      Akord e-g-b adalah akord E minor tingkat v m atau akord dominan minor
6)      Akord f-a-c adalah akord F mayor tingkat vi atau akord sub median
7)      Akord g-b-d adalag G mayor tingkat vii atau akord leadingnot

b)      Akord tangga nada minor harmonis (1,½ ,1, 1, ½, 1½, ½ )
Misalnya tangga nada A minor harmonis (a,b,c,d,e,f,gis,a) maka akord-akordnya adalah :
1)    Akord  a-c-e atau la, do, mi disebut sebagai akord A minor tingkat i m, atau akor tonika minor
2)   Akord b-d-f adalah akord B dim tingkat ii dim atau akord supertonika diminished
3)      Akord c-e-g adalah akor C mayor tingkat iii atau akord median
4)      Akord d-f-a adalah akord D augmented tingkat iv Aug atau akord sub dominan augmented
5)      Akord e-gis-b adalah akord E Mayor tingkat v akord dominan
6)      Akord f-a-c adalah akord F mayor tingkat vi akord sub median
7)   Akord gis-b-d adalah akord gis diminished tingkat  vii dim akord leadingnot diminished.
  
c)      Akord tangga nada minor melodis (1, ½ , 1, 1, 1, 1, ½ )
Misalnya tangga nada A minor melodis (a,b,c,d,e,fis,gis,a) maka akord-akordnya adalah :
1)    Akord  a-c-e atau la, do, mi disebut sebagai akord A minor tingkat i m, atau akor tonika minor
2)      Akord b-d-fis adalah akord B minor tingkat ii m atau akord supertonika minor
3)   Akord c-e-gis adalah akord C augmented tingkat iii Aug atau akord median augmented
4)      Akord d-fis-a adalah akord D mayor tingkat iv atau akord sub dominan
5)      Akord e-gis-b adalah akord E mayor tingkat v atau akord dominan
6)      Akord fis-a-c adalah akord fis diminished tingkat vi dim atau akord sub median diminished
7)      Akord gis-b-d adalah akord gis diminished tingkat vii dim atau akord leadingnot diminished

Selasa, 26 Maret 2013

Fungsi musik ilustrasi


         Fungsi Musik ilustrasi dalam film   
     Pengertian Musik ilustrasi menurut Pratista ( 2008: 154) adalah musik latar yang mengiringi aksi selama film berjalan. Apakah fungsi musik ilustrasi dalam film ! Fungsi  musik ilustrasi dalam film menurut Widagdo, Gora (2007:3) dengan judul buku “Bikin film itu mudah” diterangkan bahwa musik ilustrasi berguna untuk menciptakan mood (suasana kejiwaan), memperkuat informasi ataupun mempertegas informasi. Sedangkan menurut Ayawaila (2008:138) dengan judul buku “Dokumenter” diterangkan bahwa musik ilustrasi khususnya dalam film dokumenter, musik ilustrasi lebih umum ditempatkan sebagai transisi antara adegan satu dengan adegan berikutnya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis telah menemukan beberapa fungsi musik ilustrasi sebuah film, fungsi dalam buku tersebut berarti telah membahas kaitan antara musik dan film. 
    Musik Ilustrasi
a.       Pendekatan Musik dan Film 
Musik oleh Simanungkalit (2008:1) dalam bukunya yang berjudul “Teknik vokal paduan suara” dijelaskan bahwa musik adalah keindahan suara yang dapat didengar dan terdiri atas unsur melodi, harmoni, irama ( ritme), dan warna suara yang dihasilkan oleh alat-alat ataupun yang dihasilkan oleh manusia (vokal). Dalam buku tersebut penulis tidak menemukan adanya kaitan antara fungsi musik dengan film, namun penulis dalam hal ini, hanya ingin mengetahui arti musik beserta unsurnya sebagai landasan teori. Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa musik adalah nada atau suara yang memiliki 4 unsur dasar yaitu irama ( ritme), melodi, harmoni dan timbre (warna suara) yang bersumber dari instrument maupun vokal. Setelah mengetahui dasar mengenai musik, penulis kemudian menyamakan persepsi dengan pendekatan interdisipliner, apakah unsur musik yang diterangkan oleh Simanungkalit (2008:1) dibahas juga dalam  buku “Bikin film indie itu mudah” yang ditulis oleh Widagdo, Gora (2007)  dan buku “Dokumenter” oleh Ayawaila (2008). Setelah ditinjau, ternyata  musik juga dibahas dalam film, musik secara umum dalam film digunakan sebagai ilustrasi film yaitu musik melengkapi penjelasan bahasa film yaitu bahasa gambar dan bahasa suara (Pratista. 2008:3). Tetapi penulis belum menemukan pembahasan mengenai kaitan unsur-unsur musik dalam film dari buku yang ditulis oleh Widagdo, Gora (2007) dan Ayawaila (2008). Berbeda dengan pratista (2008) dengan judul buku “Memahami film”, dalam buku tersebut, musik merupakan unsur dari suara, suara dalam film merupakan bagian dari unsur sinematik film yang berkaitan dengan musik (pratista. 2008:1). Setelah ditinjau, unsur suara yang berkaitan dengan musik dan film terdiri dari 3 unsur yaitu : 1). Musik, 2). Kualitas Suara, dan 3). Ritme suara. 
      Unsur yang pertama yaitu musik, musik  menurut Pratista (2008:154) merupakan elemen yang berperan penting dalam memperkuat mood, nuansa, serta suasana sebuah film. Musik dapat dikelompok menjadi dua macam yaitu musik ilustrasi dan lagu. Musik ilustrasi adalah musik latar yang mengiringi aksi selama cerita berjalan sedangkan lagu merupakan lirik yang berperan membentuk karakter serta mood film. 
      Unsur yang kedua yaitu kualitas suara, kualitas suara menurut Pratista. (2008:175) adalah aspek tehnis oleh Sineas (film maker) untuk mengontrol dan memanipulasi jenis- jenis suara seperti loudness, pitch dan timbre berdasarkan kebutuhan dan tuntutan film. Loudness dalam film merupakan suara atau volume, sineas biasanya mengatur kuat-lemahnya intensitas suara atau volume berdasarkan ilustrasi adegan dalam film. Pitch, pitch ditentukan oleh frekuensi suara. Semakin tinggi frekuensi semakin tinggi pula pitch suara, demikian pula sebaliknya. Ada 3 jenis frekuensi dalam pitch suara yaitu low (bass), midrange, dan high (treble). Contoh suara low (bass) dalam film seperti suara tembakan, gemuruh, mesin truk dan drum. Suara Midrange dalam film yaitu seperti suara dialog, dan bunyi telepon. Sementara suara treble lebih menonjol dan memberikan detil suara yang jelas seperti suara kelinting bel, simbal, dan gelas pecah. Dan yang terakhir dari unsur  kualitas suara yaitu timbre.  Timbre atau warna suara dalam film digunakan  untuk menentukan perbedaan kualitas suara antara tiap jenis instrumen musik. Sineas (film maker) umumnya menggunakan timbre atau warna suara sebagai  ilustrasi adegan dalam filmnya. Contohnya: seperti suara biola, piano dan sebagainya. 
        Unsur yang  terakhir mengenai unsur suara adalah ritme suara, ritme suara atau musik umumnya berhubungan erat dengan ritme aksi serta ritme editing dalam film. Ritme atau tempo oleh sineas dijadikan sebagai  penanda kesan dari ilustrasi musik dan karakter tokoh .(Pratista.2008:159). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur musik dalam film berupa warna suara, dan ritme telah dibahas dalam buku Pratista (2008) dengan judul “ Memahami film” , meskipun unsur-unsur musik yang lain seperti melodi dan harmoni belum dibahas. Maka dari itu penulis akan melengkapi kekurangan dalam buku tersebut dalam hasil penelitian dan sekaligus melengkapi  buku yang ditulis  oleh Widagdo, gora ( 2007) dengan judul “Bikin film indie itu mudah” dan Ayawaila (2008) dengan judul “Dokumenter”.